Jualan
Otak, Bukat Otot!
Sebuah
keadaan yang tergambar dalam ilustrasi di bawah ini akan menjelaskan bagaimana
kondisi zaman sekarang. Dalam sebuah buku disebutkan bahwa di Arab Saudi,
penulis bertemu dengan beberapa TKW yang sebagian besar tidak lulus SD bekerja
sebagai pembantu rumah tangga. Banyak diantara mereka diperlakukan secara
kurang manusiawi. Paspornya ditahan oleh sang majikan, pekerjaannya berat, dan
gajinya hanya sekitar 800 Riyal atau setara dengan Rp 2 juta perbulan.
Di
pihak lain dalam penerbangan dengan maskapai penerbangan milik Arab Saudi, rute
Jakarta-Jeddah pada 10 November 2010 lalu, penulis menjumpai dua gadis
pramugari asal Solo dan Jakarta. Ketika penulis menanyakan megenai gajinya
perbulan, mula-mula mereka malu-malu menjawabnya. Ketika penulis mengatakan bahwa
informasinya akan memberi manfaat besar bagi generasi muda pembaca buku
tersebut, akhirnya mereka bersedia menjawabnya dengan menyatakan bahwa gajinya
bisa mencapai Rp 17 juta.
Pelajaran
apa yang dapat kita petik dari kedua cerita TKW dan pramugari di atas?
Gadis
yang berpendidikan (pendidikan pramugari 6 bulan setelah tamat SMA) akan berpeluang
pekerjaan yang lebih manusiawi dengan gaji yang lebih besar dibanding
wanita yang kurang berpendidikan (kebanyakan TKW berpendidikan SD).
Pelajaran
lebih lanjut, kalian harus mempersiapkan diri menjadi siswa hebat karena di
masa yang akan datang adalah zaman jualan otak (kepandaian) bukan zaman jualan
otot (tenaga kasar).
Bagaimana
jika orang pintar semakin banyak?
Saat
ini yang menjadi permasalahan besar dan pertanyaan yang sulit dijawab adalah
bagaimana jika orang pintar semakin banyak? Pada tahun 1950-an lulusan SMA itu
sudah hebat, dianggap sebagai orang yang berpendidikan. Akan tetapi, sejak
tahun 2010 hingga saat ini lulusan SMA sudah tidak dianggap lagi. Berikutnya,
banyak dari mereka yang hanya mendapatkan peluang sebagai pekerja kasar,
seperti penarik becak, pegawai buruh bangunan, atau office-boy.
Hal
lainnya yang menyebabkan lulusan SMA tidak dianggap lagi adalah karena adanya over supply tenaga berpendidikan tinggi. Sekarang ini
jumlah sarjana atau lulusan perguruan tinggi yang menganggur ada lebih dari 1
juta orang.
Apa
pesan yang tersirat dari uraian di atas?
Para
siswa SLTP dan SLTA harus belajar secara bersungguh-sungguh agar menjadi siswa
hebat, siswa yang mampu mencapai prestasi sekolah dan kegiatan ekstrakulikuler
yang mengesankan.
Sebagai
siswa yang hebat, peluang untuk meneruskan ke sekolah atau perguruan tinggi
favorit sangatlah terbuka. Jika pun terpaksa tidak melanjutkan sekolah atau
perguruan tinggi dan harus terjun ke dunia kerja atau menciptakan usaha, siswa
yang hebat memiliki peluang besar. Penguasaan iptek ini bukan saja karena
alasan kebutuhan, namun juga karena diperintahkan dalam semua ajaran agama
kepada insan, khususnya generasi muda.
Semakin
banyak orang yang pintar dan cerdas, menuntut kita untuk ikut dalam peraingan jika
tidak ingin tersingkir dari persaingan yang kejam. Maka dari itu, yang harus
kalian lakukan adalah dengan mempersiapkan diri menjadi siswa yang hebat dengan
cara belajar sungguh-sungguh dan mengoptimalkan prestasi baik akademik maupn
ekstrakulikuler.
Peluang
kalian masih banyak, maka janganlah berkecil hati dengan jumlah orang yang
berpendidikan dan pintar di negeri ini. Sebab, selama kalian memilki potensi dan
keahlian masing-masing yang dapat dikembangkan, maka peluang untuk menjadi
orang yang lebih sukses
terbuka lebar. Ingat, jual otak, bukan otot!
Comments
Post a Comment