Sekolah
Kata sekolah berasal
dari bahasa latin, yakni skhole, scolae, skhoe atau scolae yang Memiliki arti
Waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan
diwaktu luang bagi anak-anak ditengah kegiatan mereka, yakni bermain dan
menghabiskan waktu menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu
luang adalah mempelajari cara berhitung, secara membaca huruf dan mengenal
tentang moral ( budi pekerti ) dan estetika ( seni ). Untuk mendampingi dalam
kegiatan sekolah anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang
psikologi anak, sehingga memeberikan kesempatan-kesempatan yang
sebebsar-besarnya kepada anak – anak untuk menciptakan sendiri dunianya
melalui berbagai pelajaran diatas.
Sunarto (1993 )
mengatakan bahwa arti Sekolah, telah berubah berupa bangunan atau lembaga untuk
belajar dan serta tempat memberi dan menerima pelajaran,. Sekolah dipimpin oleh
seorang kepala sekolah, dan kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah,
jumlah kepala sekolah bisa berbeda pada tiap sekolahanya, tergantung dengan
kebutuhan. Bangunan sekolah disusun meninggi untuk memenfaatkan tanah yang
tersedia dan dapat diisi dengna fasilitas yang lain. Ketersidiaan sarana pada
suatu sekolah memiliki peranan penting dalam terlaksanakan proses pendidikan.
Sekolah merupakan sebuah
lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan
pendidik ( guru ). sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal,
yang umumnya wajib, dalam upaya menciptakan anak didik agar mengalami kemajuan
setelah melalui proses pembelajaran. Nama- nama sekolah berfariasi menurut
negara, tetapi umumnya termasuk sekolah dasar untuk anak – anak muda dan sekolah
menengah untuk remaja yang telah menyelesaikan sekolah dasar.
Ada pula sekolah non
pemerintah, yang yang disebut sekolah swasta ( privateschools ). Sekolah
suwasta mungkin untuk anak- anak dengan kebutuhan khusus ketika pemerintah
tidak bisa memberi sekolah khusus bagi mereka, keagamaan, seperti sekolah Islam
( madrasah, pesantren ) ; sekolah kristen, sekolah katolik, sekolah Hindu,
sekolah Buda atau sekolah khusus lainya yang memeiliki standar lebih
tinggi untuk memepersiapkan prestrasi pribadi anak didik.
Organisasi
Implementasi
fungsi-fungsi manajemen pendidikan dengan berbagai bidangnya sebagaimana
dikemukakan di atas terjadi dalam suatu wadah organisasi sebagai kerangka kerja
dengan berbagai karakteristiknya. Untuk itu, pemahaman mengenai sekolah
sebagai organisasi di perlukan untuk memberi pemahaman tentang bagaimana
konteks kelembagaan pendidikan berperan dalam upaya mencapai tujuan yang
ditetapkan.
Konsep Organisasi
Robert Presthus dalam
Bukunya The Organizational Society (1962) menyatakan bahwa
masyarakat kita merupakan masyarakat yang terdiri dari organisasi-organisasi
(Amitai Fizioni,1985:1). Pernyataan tersebut menunjukan betapa organisasi telah
menjadi fenomena yang menonjol dalam kehidupan,dan hal itu mendorong pada
pemahaman dan kesadaran bahwa dewasa ini organisasi telah menjadi suatu yang
semakin di butuhkan,mengingat perkembangannya yang sangat cepat serta peran dan
fungsinya yang semakin penting dalam membantu pencapaian tujuan-tujuan
masyarakat.
Organisasi merupakan
sekumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama,organisasi
adalah kerangka kerja yang diandalkan oleh seluruh sistem manajemen untuk
mendapatkan hasil kerja yang efisien. Oleh sebab itu,hubungan antar manusia
sebagai pelaksana organisasi tersebut memiliki peranan yang sangat penting.
Hubungan antar manusia dalam suatu organisasi dapat mewarnai dan memberikan
situasi yang memungkinkan setiap individu di dalam organisasi tersebut merasa
nyaman dan betah dalam berkarya dan meniti karir demi kemajuan organisasi dan
perkembangan dirinya.
Sondang P.Siagian (1979-12)
mengatakan ; “Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau
lebih yang bekerja sama untuk sesuatu tujuan bersama dan terikat secara
formal”. Sebagai suatu bentuk kerja sama,di dalamnya akan selalu terdapat
hubungan antara seorang/sekelompok orang yang disebut pimpinan dan
seorang/sekelompok orang lain yang disebut bawahan yang menjadi anggota
organisasi tersebut. Sementara Robbins (1986: 5) mengatakan “
Organisasi adalah suatu unit (satuan) sosial yang dikoordinasikan dengan
sadar,yang tersusun atas dua orang atau lebih,yang berfungsi atas dasar yang
relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan seperangkat tujuan
bersama”. Atmosudirjo (1985: 133) mengemukakan bahwa “Organisasi
adalah suatu bentuk kerja sama antara sekelompok orang-orang berdasarkan suatu
perjanjian untuk bekerja sama guna mencapai tujuan bersama tertentu”.
Konsep Learning
Organization
Secara etimologis Learning
Organization dapat diartikan sebagai organisasi yang belajar, ini
dapat dipahami sebagai suatu bentuk belajar yang dilakukan oleh institusi yaitu
organisasi. Oleh karenanya dapat juga di artikan sebagai organisasi
pembelajar, organisasi yang di dalam kegiatannya terus melakukan proses
belajar,atau dengan menggunakan ungkapan Barbara J.Braham (2003:
3) “Organisasi yang mengutamakan pembelajaran”. Pengertian lain yang sederhana
tentang Learning Organization dikemukakan oleh Sweeney dan McFarlin (2002:
455),yang mendefinisikan Learning Organization sebagai “A Firm that values
continous learning and is concictenly looking to adapt and change with its
environment”.
Marquardt ( 2002:247)
mendefinisikan Learning Organization sebagai berikut :
“Learning organization :
A Company that learns effectively and collectively and continually transforms
itself for better management and use of knowledge,empower people within and
outside of the organization to learn as they work; utilize technology to
maximize learning and production”.
Learning Organization dan
Organizattional Learning
Menurut
Miller,sebagaimana dikutip oleh Angelo S.DeNisi,Organizational
Learning sebagai “.... The acquisition of knowledge by individuals and groups
who are willing to apply it in their job in making decision and influencing
other to accomplish tasks important for the organization (Susan E.Jackson,et
al,2003:15), Pembalajaran Organisasi merupakan perolehan/pencapaian
pengetahuan,baik secara individu maupun kelompok yang diterapkan dalam upaya
pencapaian tujuan organisasi. Ini berarti bahwa pembelajaran yang dilakukan
oleh anggota organisasi harus merupakan bagian dalam suatu kesisteman
organisasi.
Pembelajaran Organisasi
merupakan level pembelajaran sebagai kelanjutan atau perkembangan dari
pembelajaran individu,sementara itu Organisasi pembelajar merupakan suatu
kapasitas organisasi dalam proses pembelajaran.
Tipe-tipe Pembelajaran (
Type of Learning )
Menurut Marqudt (2002:
24),terdapat tiga tipe pembelajaran yaitu:
1.
Adaptive Learning, yaitu pembelajaran yang mereflesikan masa lalu dan
kemudian memodifikasinya untuk tindakan masa depan
2.
Anticipatory learning,yaitu proses perolehan pengetahuan dari penggambaran
masa depan (yang bergerak dari visi,aksi,dan refleksi) melalui identifikasi
kesempatan masa depan terbaik dan menentukan cara bagaimana mencapainya.
3. Action Learning yaitu
belajar melalui refleksi atas realitas masa kini,dan kemudian menerapkan
pengetahuan tersebut untuk mengembangkan individu,kelompok,dan organisasi.
Karakteristik Learning
Organization
Organisasi Pembelajar
mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. Menempatkan belajar
sebagai sesuatu yang bernilai tinggi,serta mengembangkan budaya organisasi yang
kondusif bagi proses pembelajaran.
2. Adaptif terhadap
lingkungan luar
3. Terus-menerus
memperbesar kapasitasnya untuk berubah atau mengadaptasi perubahan.
4. Menumbuhkan kesadaran
visi bersama pada seluruh anggota organisasi.
5. Berkembang secara
kolektif dan juga individual,serta berkesinambungan.
6. Menggunakan hasil
pembelajaran untuk hasil yang lebih baik.
7. Mampu berubah sesuai
dengan perkembangan, serta dapat memperluas kemampuan/kapasitas untuk
berkreasi/mencipta akan masa depannya.
Tujuan Learning
Organization
Maquardt (1996: 17)
menyebutkan bentuk baru pembelajaran dalam kondisi lingkungan seperti sekarang
ini,sebagai berikut :
1. Pembelajaran adalah
didasarkan pada kinerja
2. Kemampuan diletakan pada
proses pembelajaran
3. Kemampuan untuk
menentukan kebutuhan sepenting jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
4. Peluang organisasi untuk
mengembangkan pengetahuan,keterampilan,dan sikap
5. Pembelajaran adalah
bagian dari kerja,bagian dari uraian jabatan seseorang.
Komponen Pembelajaran
dalam Learning Organization
Menurut Peter Senge
(1990),Keberhasilan Learning Organization perlu didukung oleh lima komponen
utama yang disebut dengan The Fifth Discipline yang meliputi :
1. Keahlian Pribadi
(Personal Mastery)
2. Model Mental (Mental
Model)
3. Membangun Visi Bersama
(Building shared vision)
4. Pembelajaran Tim (Team
Learning)
5. Pemikiran sistem (
System Thinking)
Sekolah sebagai
Organisasi
Sekolah sebagai
organisasi adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang memiliki fungsi sebagai
sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara. Sebagai
makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia
membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
yang tidak dapat mereka capai sendiri. Terbentuknya lembaga sosial berawal
dari individu yang saling membutuhkan kemudian timbul
aturan-aturan yang dinamakan norma kemasyarakatan .
lembaga sosial sering pula dinamakn pranata social.
Philip Robinson (1981)
Menyebut Sekolah sebagai Organisasi yaitu Unit sosial yang secara sengaja
dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu. Sekolah sengaja diciptakan untuk tujuan
tertentu, yaitu memudahkan pengajaran sejumlah pengetahuan.
Sekolah sebagai
organisasi memiliki perbedaan dengan organisasi lainnya, sebagai contoh dengan
Organisasi pabrik atau klub sepak bola. Secara umum, yang membedakan segala
organisasi dari organisasi yang lainnya tujuan yang ingin dicapai. Sebuah
pabrik sepatu dipastikan memiliki tujuan menghasilkan barang-barang jadi berupa
alas kaki, sedangkan sekolah bertujuan menghasilkan individu-individu yang
terdidik.
SEKOLAH SEBAGAI
ORGANISASI PEMBELAJAR
Era global sekarang
dengan tingkat perubahan yang sangat pesat,Mengakibatkan banyak ketidakpastian
masa depan yang dilalui. Dengan ini menuntut setiap organisasi untuk
mempersiapkan diri dalam menghadapi permasalah tersebut. Berkaitan dengan
lembaga pendidikan seperti sekolah, Hoy dan Miskle (2001) menyatakan perlunya
sekolah menjadi organisasi pembelajar.
Menurut Bischoff
organisasi pembelajar adalah organisasi yang mencari untuk menciptakan masa
depannya, menjadikan pembelajaran sebagai proses kreatif yang terjadi
berkesinambungan bagi seluruh anggotanya, mengembangkan, beradaptasi, dan
mentransformasikan dirinya dalam menjawab kebutuhan serta aspirasi orang –
orang di dalam organisasi ataupun luar organisasi baik secara individu maupun
kelompok untuk terus meningkatkan kapasitas mereka dalam berkarya sesuai dengan
perannya dalam organisasi.
Sekolah pada dasarnya
merupakan lembaga tempat di mana proses pembelajaran terjadi terutama dalam
pemahaman konvesional, di mana belajar dilakukan oleh siswa dan guru berupayah
untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai kompetensi yang diharapakan.
Belajar dan pembelajaran siswa akan makin meningkat dan berkualitas apabila
seluruh unsur dalam organisasi sekolah meningkat dan berkualitas sehingga
kapasitas organisasi sekolah terus mengalami peningkatan dan perluasan kearah
yang lebih baik dan produktif dalam perubahan dewasa ini.
Sebagai lembaga
pendidikan tempat terjadinya proses pembelajaran maka mengelola organisasi
sekolah memerlukan kebijakan manajemen dan kepemimpinan yang dapat memberi
ruang bagi tumbuh dan berkembangnya kreativitasnya dan inovasi. Oleh karena
itu, organisasi perlu mengelola hal tersebut secara efektif untuk dapat
menumbuhkan sinergitas dalam organisasi di antara berbagai individu yang
terlibat di dalamnya.
FUNGSI-FUNGSI SEKOLAH
SEBAGAI ORGANISASI DAN SASARAN ORGANISASI SEKOLAH
Sekolah sebagai
organisasi sosial dalam sosiologi memiliki peranan dan fungsinya sebagai
berikut :
1. Fungsi Manestifasi
pendidikan
Yaitu Membantu orang
mencari nafkah, menolong mengembangkan potensinya demi pemenuhan kebutuhan
hidupnya, melestarikan kebudayaan dengan cara mengajarkanya kepada generasi
kegenerasi berikutnya,merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran
keterampilan berbicara dan mengembangkan cara berfikir rasional dan lain-lain
2. Fungsi laten Lembaga
pendidikan
Dimana fungsi ini
berikatan dengan fungsi pendidikan secara tersembunyi yakni menciptakan atau
melahirkan kedewasaan anak didik.
Horton dan Hurt (1996) Mengatakan
bahwa ada empat jenis sasaran organisasi sekolah. Tiap sasaran meliputi titik
tolak pandangan terhadap organisasi sekolah dari empat pandangan itu,
diharapkan dapat Memahami tentang Organisasi sekolah. Yaitu :
Pertama, sasaran Formal dimana ruang
lingkup sasaran ini meliputi tujuan formal dari suatu organisasi, wujud dari
sasaran ini tercantum dalam aturan-aturan tertulis. Tuntutan formal organisasi
menghendaki agar tugas dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan sekolah Untuk
mencapai tujuan dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan,
fungsi dan wewenang yang telah ditentukan. Melalui stuktur organisasi yang
ada, tercermin adanya tugas dan wewenang kepala sekolah, tugas dan guru dan
staf administrasi sekolah.
Kedua, sasaran Informal, dimana
tidak sepenuhnya bekerja sesui dengan ketentuan formal. Dalam banyak hal, lebih
dimodifikasi oleh tiap anggotanya sesuai dengan kapasitas pemaknaan kesadaran
mereka tentang organisasi. Di sekolah seorang kepala sekolah mungkin mendapat
tanggung jawab sebagai pemimpin dan penguasa formal tertinggi. Akan tetapi,
penerimaan dan pola fikir serta tingkah laku kepala sekolah merupakan
konstruksi pemahaman subjektifnya dalam kelangsungan hubungan dengan berbagai
pihak dilingkungan sekolahnya. Jadi, sasaran informal merupakan interprestasi
dan modifakasi sasaran – sasaran formal dari seluruh anggota yang terlibat
langsung pada wadah organisasi. Sasaran ini mencakup pula persepsi masing –
masingindifidu dan menjadi tujuan kegiatan pribadi dalam organisasi. Masing –
masing siswa tentunya memiliki tujuan yang berfariasi dalam kelangsungan
statusnya sebagai pelajar. Mungkin ada yang berharap mendapat prestasi akademik
tinggi atau memperoleh ijazah, serta ada juga yang hanya menjalankan taradisi
masyarakat. Seorang pendidik mungkin hanya untuk mencari gaji, tetapi
sebagianlainya masih memiliki loyalitas dan komitmen sebagai pedidik.
Ketiga, sasaran idealogis.
Seperti tersirat dalam istilah tersebut, sasaran idealogis bertalian dengan
seperangkat sistem eksternal atau sistem nilai yang diyakini bersama. Dalm hal
ini, nuansa budaya pada pengertian sebagai suati sistem pengetahuan, gagasan
dan idea yang dimiliki suatu kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai
landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu dalam bersikap dan berorilaku
dalam lingkungan alam dan sosial tempat mereka bernaung . hal inimerupakan
penjabaran dari pengaruh idealogis terhadap organisasi. Sasaran ini
mayoriti pengaruh interaktif kultural idealogis yang dianut oleh sebagian besar
manusia dalam manangkap,menyikapi dan merespons ekstensi organisasi. Suatu
bangsa umumnya memiliki semangat yang tinggi untuk meraih prestasi vertikal,
sementara sekolah merupakan wadah yang cukup strategis bagi mansia untuk
menopang ambisi mobilitas vertikalnya. Maka, bisa diamsusikan hampir sebagian
besar warga sekolah maupun masyarakat akan mengarahkan keyakinan kultural
tersebut dalam memaknai keberadaan sekolah.
Keempat, Sasaran-sasaran lain
yang kurang begitu kuat. Penekanan sasaran ini akan menonjol pada suatu proses
aktifitas organisasi yang biasa. Berkurangnya pendaftaran di dekolah-sekolah
dan universitas dapat mengubah secara luas peran para pendidik atau organisasi
ruang sekolah, termasuk rasioi pendidik ( guru ) terhadap anak didik ( siswa )
beserta kelas – kelas yang terpesialisasi . jika tidak, sejumlah pendidik akan
menganggur.
Dari pendapat Horton dan
Hurt ( 1996 ) tentang jenis sasaran sekolah di atas, Mengisaratkan suatu pola
pandang berbeda dari pandangan umum tantang sekolah. Sebagai organisasi,
sekolah bukan hanya sekedaar tumpukan peran-peran tumpukan struktural yang kakau,
statis dan jalur kerja yang serba mekanistis belaka. Mekanisme itu mengalam
dinamika akualisasi melalui aneka ragam interpretasi para anggota yang
melatarbelakangi perilaku manusia dalam mengembangkan peran dan status yang
berbeda beda.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI SUSUNAN ORGANISASI SEKOLAH
Terdapat beberapa faktor
yang dapat Mempengaruhi perbedaan dalam Susunan organisasi sekolah, antara lain
:
1. Besar kecilnya sekolah
Terdapat Sekolah yang
mempunyai banyak murid, banyak guru dan banyak pula ruangan belajarnya, tetapi
ada pula yang sebaliknya. Ada sekolah yang banyak murid-muridnya, tetapi tidak
cukup guru-gurunya, tidak cukup ruangan belajarnya, dsb
2. Letak sekolah
Sekolah yang berada
dikota besar berlainan sekolah di kota kecil/di daerah. di kota kecamatan, di
pegunungan, dipinggir pantai, dsb. Letak sekolah atau lingkungan sekolah
menentukan tokoh-tokoh masyarakat siapakah yang perlu diikut
sertakan didalam membangun dan membina sekolah itu.
3. Jenis dan tingkatan
sekolah
Sekolah kejurusan
berbeda dengan sekolah umum, sekolah dasar berbeda dengan SLTP/SLTA, dan
berbeda pula dengan perguruan tinggi.
PENTINGNYA ORGANISASI
SEKOLAH YANG BAIK
Sekolah, Merupakan suatu
lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat kepala sekolah, guru-guru,
pegawai tata usaha dan murid-murid, dimana memerlukan adanya organisasi
yang baik agar jalanya sekolah itu lancar menuju kepada fungsi dan
tujuannya.
Menurut sistem
persekolahan di Negeri kita, pada umumnya kepala sekolah merupakpan jabatan
yang tertinggi di sekolah itu sehingga dengan demikian kepala
sekolah memegang perananan dan pimpinan segala sesuatunya yang berhubungan
dengan tugas sekolah dengan demikian kepala sekolah memegang peranana dan
pimpinan segala sesuatunya yang berhubungan drngan tugas sekolah ke dalam
maupun keluar. Maka dari itu, dalam stuktur organisasi sekolah sekolah pun
kepala sekolah biasanya selalu didudukan di tempat yang paling atas.
Faktor lain yang
menyebabkan perlunya organisasi sekolah yang baik ialah karena tugas guru-guru
tak hanya mengajar saja juga pegawai- pegawai tata usaha, pesuruh dan penjaga
sekolah dan lain-lain. Semuanya harus bertanggung jawab dan didkut sertakan
dalam menjalankan roda sekolah itu secara keseluruhan. Dengan demikian agar
janga terjadi tabrakan dalam memegang atau menjalankan tugasnya masing-masing,
diperlukan organisasi sekolah yang baik dan teratur.
Dengan organisasi
sekolah yang baik dimaksudkan agar pembagian tugas dan tanggung jawab dapat
merata kepada semua orang sesuai dengan kecakapan dan fungsinya masing- masing.
Tiap orang mengerti dan menyadari tugasnya dan tempatnya didalamsetruktur
organisasi itu. Dengan demikian dapat dapat dihindari pula adanya tindakan yang
sewenang-wenang atau otoriter dari kepala sekolah, dan sebaaliknya dapat
diciptkandanya suasana yang demokratis didalam menjalankan roda sekolah ini.
KESIMPULAN
Sekolah sebagai
organisasi merupakan perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai
sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara.
Sekolah sebagai
organisasi sosial dalam sosiologi memiliki peranan dan fungsinya sebagai
berikut:
1. Fungsi manestifasi
Pendidikan
2. Fungsi Laten Lembaga
Pendidikan
Beberapa faktor yang
dapat memepengaruhi perbedaan dalam susunan organisasi sekolah, antara lain :
1. Besar Kecilnya Sekolah
2. Letak Sekolah
3. Jenis dan Tingkatan
Sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Idi, Abdullah.
2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Mahmud. 2012. Sosiologi
Pendidikan.Bandung : Pustaka Setia
Purwanto, Ngalim.
2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Bandung :
Remaja Rosdakarya
Abdullah Idi, Sosiologi
Pendidikan, (Jakarta : Rajagarafindo Persada, 2011),hlm.142
Uhar Suharsaputra, Administrasi
Pendidikan ( Bandung : Refika Aditama, 2013 ), hlm.26-42
Mahmud, Sosiologi
Pendidikan, ( Bandung : Pustaka Setia, 2012 ), hlm.163
Abdullah Idi, Op.
Cit, hlm. 158
Ngalim Purwanto, Administrasi
dan Supervisi Pendidikan, ( Bandung : Remaja Rodaskarya,2010), hlm. 161
Ngalim Purwanto, Op.
Cit, hlm. 160
Comments
Post a Comment