Skip to main content

SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI


PENGERTIAN SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI

Sekolah

Kata sekolah berasal dari bahasa latin, yakni skhole, scolae, skhoe atau scolae yang Memiliki arti Waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan diwaktu luang bagi anak-anak ditengah kegiatan mereka, yakni bermain dan menghabiskan waktu menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang adalah mempelajari cara berhitung, secara membaca huruf dan mengenal tentang moral ( budi pekerti ) dan estetika ( seni ). Untuk mendampingi dalam kegiatan sekolah anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memeberikan kesempatan-kesempatan yang sebebsar-besarnya kepada anak – anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran diatas.

Sunarto (1993 ) mengatakan bahwa arti Sekolah, telah berubah berupa bangunan atau lembaga untuk belajar dan serta tempat memberi dan menerima pelajaran,. Sekolah dipimpin oleh seorang kepala sekolah, dan kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah, jumlah kepala sekolah bisa berbeda pada tiap sekolahanya, tergantung dengan kebutuhan. Bangunan sekolah disusun meninggi untuk memenfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengna fasilitas yang lain. Ketersidiaan sarana pada suatu sekolah memiliki peranan penting dalam terlaksanakan proses pendidikan.

Sekolah merupakan sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan pendidik ( guru ). sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib, dalam upaya menciptakan anak didik agar mengalami kemajuan setelah melalui proses pembelajaran. Nama- nama sekolah berfariasi menurut negara, tetapi umumnya termasuk sekolah dasar untuk anak – anak muda dan sekolah menengah untuk remaja yang telah menyelesaikan sekolah dasar.

Ada pula sekolah non pemerintah, yang yang disebut sekolah swasta ( privateschools ). Sekolah suwasta mungkin untuk anak- anak dengan kebutuhan khusus ketika pemerintah tidak bisa memberi sekolah khusus bagi mereka, keagamaan, seperti sekolah Islam ( madrasah, pesantren ) ; sekolah kristen, sekolah katolik, sekolah Hindu, sekolah Buda atau sekolah khusus lainya yang memeiliki standar lebih tinggi  untuk memepersiapkan prestrasi pribadi anak didik.

Organisasi

Implementasi fungsi-fungsi manajemen pendidikan dengan berbagai bidangnya sebagaimana dikemukakan di atas terjadi dalam suatu wadah organisasi sebagai kerangka kerja dengan berbagai karakteristiknya. Untuk itu, pemahaman mengenai sekolah sebagai organisasi di perlukan untuk memberi pemahaman tentang bagaimana konteks kelembagaan pendidikan berperan dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.

Konsep Organisasi

Robert Presthus dalam Bukunya The Organizational Society (1962) menyatakan bahwa masyarakat kita merupakan masyarakat yang terdiri dari organisasi-organisasi (Amitai Fizioni,1985:1). Pernyataan tersebut menunjukan betapa organisasi telah menjadi fenomena yang menonjol dalam kehidupan,dan hal itu mendorong pada pemahaman dan kesadaran bahwa dewasa ini organisasi telah menjadi suatu yang semakin di butuhkan,mengingat perkembangannya yang sangat cepat serta peran dan fungsinya yang semakin penting dalam membantu pencapaian tujuan-tujuan masyarakat.

Organisasi merupakan sekumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama,organisasi adalah kerangka kerja yang diandalkan oleh seluruh sistem manajemen untuk mendapatkan hasil kerja yang efisien. Oleh sebab itu,hubungan antar manusia sebagai pelaksana organisasi tersebut memiliki peranan yang sangat penting. Hubungan antar manusia dalam suatu organisasi dapat mewarnai dan memberikan situasi yang memungkinkan setiap individu di dalam organisasi tersebut merasa nyaman dan betah dalam berkarya dan meniti karir demi kemajuan organisasi dan perkembangan dirinya.

Sondang P.Siagian (1979-12) mengatakan ; “Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk sesuatu tujuan bersama dan terikat secara formal”. Sebagai suatu bentuk kerja sama,di dalamnya akan selalu terdapat hubungan antara seorang/sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang/sekelompok orang lain yang disebut bawahan yang menjadi anggota organisasi tersebut. Sementara Robbins (1986: 5) mengatakan “ Organisasi adalah suatu unit (satuan) sosial yang dikoordinasikan dengan sadar,yang tersusun atas dua orang atau lebih,yang berfungsi atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan seperangkat tujuan bersama”. Atmosudirjo (1985: 133) mengemukakan bahwa “Organisasi adalah suatu bentuk kerja sama antara sekelompok orang-orang berdasarkan suatu perjanjian untuk bekerja sama guna mencapai tujuan bersama tertentu”.

Konsep Learning Organization

Secara etimologis Learning Organization dapat diartikan sebagai organisasi yang belajar, ini dapat dipahami sebagai suatu bentuk belajar yang dilakukan oleh institusi yaitu organisasi. Oleh karenanya dapat juga di artikan sebagai organisasi pembelajar, organisasi yang di dalam kegiatannya terus melakukan proses belajar,atau dengan menggunakan ungkapan Barbara J.Braham (2003: 3) “Organisasi yang mengutamakan pembelajaran”. Pengertian lain yang sederhana tentang Learning Organization dikemukakan oleh Sweeney dan McFarlin (2002: 455),yang mendefinisikan Learning Organization sebagai “A Firm that values continous learning and is concictenly looking to adapt and change with its environment”.

Marquardt ( 2002:247) mendefinisikan Learning Organization sebagai berikut :

“Learning organization : A Company that learns effectively and collectively and continually transforms itself for better management and use of knowledge,empower people within and outside of the organization to learn as they work; utilize technology to maximize learning and production”.

Learning Organization dan Organizattional Learning

Menurut Miller,sebagaimana dikutip oleh Angelo S.DeNisi,Organizational Learning sebagai “.... The acquisition of knowledge by individuals and groups who are willing to apply it in their job in making decision and influencing other to accomplish tasks important for the organization (Susan E.Jackson,et al,2003:15), Pembalajaran Organisasi merupakan perolehan/pencapaian pengetahuan,baik secara individu maupun kelompok yang diterapkan dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Ini berarti bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh anggota organisasi harus merupakan bagian dalam suatu kesisteman organisasi.

Pembelajaran Organisasi merupakan level pembelajaran sebagai kelanjutan atau perkembangan dari pembelajaran individu,sementara itu Organisasi pembelajar merupakan suatu kapasitas organisasi dalam proses pembelajaran.

Tipe-tipe Pembelajaran ( Type of Learning )

Menurut Marqudt (2002: 24),terdapat tiga tipe pembelajaran yaitu:

1.     Adaptive Learning, yaitu pembelajaran yang mereflesikan masa lalu dan kemudian memodifikasinya untuk tindakan masa depan

2.     Anticipatory learning,yaitu proses perolehan pengetahuan dari penggambaran masa depan (yang bergerak dari visi,aksi,dan refleksi) melalui identifikasi kesempatan masa depan terbaik dan menentukan cara bagaimana mencapainya.

3.     Action Learning yaitu belajar melalui refleksi atas realitas masa kini,dan kemudian menerapkan pengetahuan tersebut untuk mengembangkan individu,kelompok,dan organisasi.

Karakteristik Learning Organization

Organisasi Pembelajar mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut :

1.     Menempatkan belajar sebagai sesuatu yang bernilai tinggi,serta mengembangkan budaya organisasi yang kondusif bagi proses pembelajaran.

2.     Adaptif terhadap lingkungan luar

3.     Terus-menerus memperbesar kapasitasnya untuk berubah atau mengadaptasi perubahan.

4.     Menumbuhkan kesadaran visi bersama pada seluruh anggota organisasi.

5.     Berkembang secara kolektif dan juga individual,serta berkesinambungan.

6.     Menggunakan hasil pembelajaran untuk hasil yang lebih baik.

7.     Mampu berubah sesuai dengan perkembangan, serta dapat memperluas kemampuan/kapasitas untuk berkreasi/mencipta akan masa depannya.

Tujuan Learning Organization

Maquardt (1996: 17) menyebutkan bentuk baru pembelajaran dalam kondisi lingkungan seperti sekarang ini,sebagai berikut :

1.     Pembelajaran adalah didasarkan pada kinerja

2.     Kemampuan diletakan pada proses pembelajaran

3.     Kemampuan untuk menentukan kebutuhan sepenting jawaban atas pertanyaan yang diajukan.

4.     Peluang organisasi untuk mengembangkan pengetahuan,keterampilan,dan sikap

5.     Pembelajaran adalah bagian dari kerja,bagian dari uraian jabatan seseorang.

Komponen Pembelajaran dalam Learning Organization

Menurut Peter Senge (1990),Keberhasilan Learning Organization perlu didukung oleh lima komponen utama yang disebut dengan The Fifth Discipline yang meliputi :

1.     Keahlian Pribadi (Personal Mastery)

2.     Model Mental (Mental Model)

3.     Membangun Visi Bersama (Building shared vision)

4.     Pembelajaran Tim (Team Learning)

5.     Pemikiran sistem ( System Thinking)

Sekolah sebagai Organisasi

Sekolah sebagai organisasi adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang memiliki fungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara. Sebagai makhluk  yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk  organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri. Terbentuknya lembaga sosial berawal dari individu yang saling membutuhkan kemudian timbul aturan-aturan  yang dinamakan norma kemasyarakatan . lembaga sosial sering pula dinamakn pranata social.

Philip Robinson (1981) Menyebut Sekolah sebagai Organisasi yaitu Unit sosial yang secara sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu. Sekolah sengaja diciptakan untuk tujuan tertentu, yaitu memudahkan pengajaran sejumlah pengetahuan.

Sekolah sebagai organisasi memiliki perbedaan dengan organisasi lainnya, sebagai contoh dengan Organisasi pabrik atau klub sepak bola. Secara umum, yang membedakan segala organisasi dari organisasi yang lainnya tujuan yang ingin dicapai. Sebuah pabrik sepatu dipastikan memiliki tujuan menghasilkan barang-barang jadi berupa alas kaki, sedangkan sekolah bertujuan menghasilkan individu-individu yang terdidik.

SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI PEMBELAJAR

Era global sekarang dengan tingkat perubahan yang sangat pesat,Mengakibatkan banyak ketidakpastian masa depan yang dilalui. Dengan ini menuntut setiap organisasi untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi permasalah tersebut. Berkaitan dengan lembaga pendidikan seperti sekolah, Hoy dan Miskle (2001) menyatakan perlunya sekolah menjadi organisasi pembelajar.

Menurut Bischoff organisasi pembelajar adalah organisasi yang mencari untuk menciptakan masa depannya, menjadikan pembelajaran sebagai proses kreatif yang terjadi berkesinambungan bagi seluruh anggotanya, mengembangkan, beradaptasi, dan mentransformasikan dirinya dalam menjawab kebutuhan serta aspirasi orang – orang di dalam organisasi ataupun luar organisasi baik secara individu maupun kelompok untuk terus meningkatkan kapasitas mereka dalam berkarya sesuai dengan perannya dalam organisasi.

Sekolah pada dasarnya merupakan lembaga tempat di mana proses pembelajaran terjadi terutama dalam pemahaman konvesional, di mana belajar dilakukan oleh siswa dan guru berupayah untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai kompetensi yang diharapakan. Belajar dan pembelajaran siswa akan makin meningkat dan berkualitas apabila seluruh unsur dalam organisasi sekolah meningkat dan berkualitas sehingga kapasitas organisasi sekolah terus mengalami peningkatan dan perluasan kearah yang lebih baik dan produktif dalam perubahan dewasa ini.

Sebagai lembaga pendidikan tempat terjadinya proses pembelajaran maka mengelola organisasi sekolah memerlukan kebijakan manajemen dan kepemimpinan yang dapat memberi ruang bagi tumbuh dan berkembangnya kreativitasnya dan inovasi. Oleh karena itu, organisasi perlu mengelola hal tersebut secara efektif untuk dapat menumbuhkan sinergitas dalam organisasi di antara berbagai individu yang terlibat di dalamnya.

FUNGSI-FUNGSI SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI DAN SASARAN ORGANISASI SEKOLAH

Sekolah sebagai organisasi sosial dalam sosiologi memiliki peranan dan fungsinya sebagai berikut :

1.     Fungsi Manestifasi pendidikan

Yaitu Membantu orang mencari nafkah, menolong mengembangkan potensinya demi pemenuhan kebutuhan hidupnya, melestarikan kebudayaan dengan cara mengajarkanya kepada generasi kegenerasi berikutnya,merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran keterampilan berbicara dan mengembangkan cara berfikir rasional dan lain-lain

2.     Fungsi laten Lembaga pendidikan

Dimana fungsi ini berikatan dengan fungsi pendidikan secara tersembunyi yakni menciptakan atau melahirkan kedewasaan anak didik.

Horton dan Hurt (1996) Mengatakan bahwa ada empat jenis sasaran organisasi sekolah. Tiap sasaran meliputi titik tolak pandangan terhadap organisasi sekolah dari empat pandangan itu, diharapkan dapat Memahami tentang Organisasi sekolah. Yaitu :

Pertamasasaran Formal dimana ruang lingkup sasaran ini meliputi tujuan formal dari suatu organisasi, wujud dari sasaran ini tercantum dalam aturan-aturan tertulis. Tuntutan formal organisasi menghendaki agar tugas dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan sekolah Untuk mencapai tujuan dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan, fungsi dan wewenang yang telah ditentukan. Melalui stuktur organisasi yang ada, tercermin adanya tugas dan wewenang kepala sekolah, tugas dan guru dan staf administrasi sekolah.

Keduasasaran Informal, dimana tidak sepenuhnya bekerja sesui dengan ketentuan formal. Dalam banyak hal, lebih dimodifikasi oleh tiap anggotanya sesuai dengan kapasitas pemaknaan kesadaran mereka tentang organisasi. Di sekolah seorang kepala sekolah mungkin mendapat tanggung jawab sebagai pemimpin dan penguasa formal tertinggi. Akan tetapi, penerimaan dan pola fikir serta tingkah laku kepala sekolah merupakan konstruksi pemahaman subjektifnya dalam kelangsungan hubungan dengan berbagai pihak dilingkungan sekolahnya. Jadi, sasaran informal merupakan interprestasi dan modifakasi sasaran – sasaran formal dari seluruh anggota yang terlibat langsung pada wadah organisasi. Sasaran ini mencakup pula persepsi masing – masingindifidu dan menjadi tujuan kegiatan pribadi dalam organisasi. Masing – masing siswa tentunya memiliki tujuan yang berfariasi dalam kelangsungan statusnya sebagai pelajar. Mungkin ada yang berharap mendapat prestasi akademik tinggi atau memperoleh ijazah, serta ada juga yang hanya menjalankan taradisi masyarakat. Seorang pendidik mungkin hanya untuk mencari gaji, tetapi sebagianlainya masih memiliki loyalitas dan komitmen sebagai pedidik.

Ketigasasaran idealogis. Seperti tersirat dalam istilah tersebut, sasaran idealogis bertalian dengan seperangkat sistem eksternal atau sistem nilai yang diyakini bersama. Dalm hal ini, nuansa budaya pada pengertian sebagai suati sistem pengetahuan, gagasan dan idea yang dimiliki suatu kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu dalam bersikap dan berorilaku dalam lingkungan alam dan sosial tempat mereka bernaung . hal inimerupakan penjabaran dari pengaruh idealogis terhadap organisasi.  Sasaran ini mayoriti pengaruh interaktif kultural idealogis yang dianut oleh sebagian besar manusia dalam manangkap,menyikapi dan merespons ekstensi organisasi. Suatu bangsa umumnya memiliki semangat yang tinggi untuk meraih prestasi vertikal, sementara sekolah merupakan wadah yang cukup strategis bagi mansia untuk menopang ambisi mobilitas vertikalnya. Maka, bisa diamsusikan hampir sebagian besar warga sekolah maupun masyarakat akan mengarahkan keyakinan kultural tersebut dalam memaknai keberadaan sekolah.

KeempatSasaran-sasaran lain yang kurang begitu kuat. Penekanan sasaran ini akan menonjol pada suatu proses aktifitas organisasi yang biasa. Berkurangnya pendaftaran di dekolah-sekolah dan universitas dapat mengubah secara luas peran para pendidik atau organisasi ruang sekolah, termasuk rasioi pendidik ( guru ) terhadap anak didik ( siswa ) beserta kelas – kelas yang terpesialisasi . jika tidak, sejumlah pendidik akan menganggur.

Dari pendapat Horton dan Hurt ( 1996 ) tentang jenis sasaran sekolah di atas, Mengisaratkan suatu pola pandang berbeda dari pandangan umum tantang sekolah. Sebagai organisasi, sekolah bukan hanya sekedaar tumpukan peran-peran tumpukan struktural yang kakau, statis dan jalur kerja yang serba mekanistis belaka. Mekanisme itu mengalam dinamika akualisasi melalui aneka ragam interpretasi para anggota yang melatarbelakangi perilaku manusia dalam mengembangkan peran dan status yang berbeda beda.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUSUNAN ORGANISASI SEKOLAH

Terdapat beberapa faktor yang dapat Mempengaruhi perbedaan dalam Susunan organisasi sekolah, antara lain :

1.     Besar kecilnya sekolah

Terdapat Sekolah yang mempunyai banyak murid, banyak guru dan banyak pula ruangan belajarnya, tetapi ada pula yang sebaliknya. Ada sekolah yang banyak murid-muridnya, tetapi tidak cukup guru-gurunya, tidak cukup ruangan belajarnya, dsb

2.     Letak sekolah

Sekolah yang berada dikota besar berlainan sekolah di kota kecil/di daerah. di kota kecamatan, di pegunungan, dipinggir pantai, dsb. Letak sekolah atau lingkungan sekolah menentukan tokoh-tokoh masyarakat siapakah yang perlu diikut sertakan  didalam membangun dan membina sekolah itu.

3.     Jenis dan tingkatan sekolah

Sekolah kejurusan berbeda dengan sekolah umum, sekolah dasar berbeda dengan SLTP/SLTA, dan berbeda pula dengan perguruan tinggi.

PENTINGNYA ORGANISASI SEKOLAH YANG BAIK

Sekolah, Merupakan suatu lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat kepala sekolah, guru-guru, pegawai tata usaha dan murid-murid, dimana memerlukan adanya organisasi yang baik agar jalanya sekolah itu  lancar menuju kepada fungsi dan tujuannya.

Menurut sistem persekolahan di Negeri kita, pada umumnya kepala sekolah merupakpan jabatan yang tertinggi  di sekolah itu sehingga dengan demikian kepala sekolah memegang perananan dan pimpinan segala sesuatunya yang berhubungan dengan tugas sekolah dengan demikian kepala sekolah memegang peranana dan pimpinan segala sesuatunya yang berhubungan drngan tugas sekolah ke dalam maupun keluar. Maka dari itu, dalam stuktur organisasi sekolah sekolah pun kepala sekolah biasanya selalu didudukan di tempat yang paling atas.

Faktor lain yang menyebabkan perlunya organisasi sekolah yang baik ialah karena tugas guru-guru tak hanya mengajar saja juga pegawai- pegawai tata usaha, pesuruh dan penjaga sekolah dan lain-lain. Semuanya harus bertanggung jawab dan didkut sertakan dalam menjalankan roda sekolah itu secara keseluruhan. Dengan demikian agar janga terjadi tabrakan dalam memegang atau menjalankan tugasnya masing-masing, diperlukan organisasi sekolah yang baik dan teratur.

Dengan organisasi sekolah yang baik dimaksudkan agar pembagian tugas dan tanggung jawab dapat merata kepada semua orang sesuai dengan kecakapan dan fungsinya masing- masing. Tiap orang mengerti dan menyadari tugasnya dan tempatnya didalamsetruktur organisasi itu. Dengan demikian dapat dapat dihindari pula adanya tindakan yang sewenang-wenang atau otoriter dari kepala sekolah, dan sebaaliknya dapat diciptkandanya suasana yang demokratis didalam menjalankan roda sekolah ini.

KESIMPULAN

Sekolah sebagai organisasi merupakan perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara.

Sekolah sebagai organisasi sosial dalam sosiologi memiliki  peranan dan fungsinya sebagai berikut:

1.     Fungsi manestifasi Pendidikan

2.     Fungsi Laten Lembaga Pendidikan

Beberapa faktor yang dapat memepengaruhi perbedaan dalam susunan organisasi sekolah, antara lain :

1.     Besar Kecilnya Sekolah

2.     Letak Sekolah

3.     Jenis dan Tingkatan Sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Mahmud. 2012. Sosiologi Pendidikan.Bandung : Pustaka Setia

Purwanto, Ngalim. 2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Bandung : Remaja  Rosdakarya

Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Rajagarafindo Persada, 2011),hlm.142

Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan ( Bandung : Refika Aditama, 2013 ), hlm.26-42

Mahmud, Sosiologi Pendidikan, ( Bandung : Pustaka Setia, 2012 ), hlm.163

Abdullah Idi, Op. Cit, hlm. 158

Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, ( Bandung : Remaja Rodaskarya,2010), hlm. 161

Ngalim Purwanto, Op. Cit, hlm. 160

 

Comments

Popular posts from this blog

The analysis of short story girl by o henry

The analysis of short story girl by o henry 1. the point of view             The point of view that used in this short story is the 3rd person point of view and the dramatic. The third point of view because the writer mention the name of the characters in the short stories like: “......... robbins, fifty, something of an overweight beau, and addicted to first nights.... and Hartley, twenty-nine, serious, thin, good-looking, nervous.......” Beside that, the writer also using a noun and pronoun to tell the story to the reader like : “.... a man with an air of mistery came in the door and went up to Hartley....”             Beside that the dramatic point of view, we can see that from the way the writer tells the story and using the scene of the story like the real situation in life. On the other hand, the writer also tells us abt the problem taht might be always found in our life, like looking for the nany or the cook for their house. Which is not always easy to find the good

ASSESSING SPEAKING

ASSESSING SPEAKING      There are four categories of listening performance assessment tasks. A similar taxonomy emerges for oral production. Imitative      At one end of a continuum of types of speaking performance is the ability to simply parrot back (imitate) a word or phrase or possibly a sentence. While this is a purely phonetic level of oral production, a number of prosodic, lexical, and grammatical properties of language may be included in the criterion performance .      We are interested only in what is traditionally labeled”pronunciation” no inferences are made about the test takers ability to understand or convey meaning or to participate in an interactive conversation. The only role of listening here is in the short-term storage of a prompt,just long enough to allow the speaker to retain the short stretch of language that must be imitated. Intensive      A second type of speaking frequently employed in assessment contexts is the production of short streches of oral language

INTRODUCTION TO LITERATURE

Ketika mempelajari karya sastra –yang disebut dengan introduction to literature dalam bahasa inggris-, kita pasti bertanya-tanya apa sih yang dipelajari dalam mata kuliah ini? Nah, saya akan mencoba menjawab pertanyaan ini sedikit. Dari asal katanya ,  introduction to literature  memperkenalkan karya sastra bahasa inggris. Sebenarnya konsep dasar dari literature baik dari bahasa indonesia, bahasa inggris maupun bahasa lainnya itu sama.  Yang membedakan antara satu karya sastra dari karya sastra yang lainnya hanyalah bahasa yang digunakan dalam penulisan karya sastra tersebut. Literature itu sendiri sering diebut dengan  work of art , dimana tulisan dibuat sedemikian rupa sehingga meninggalkan kesan seni didalamnya. Jenis-jenis karya sastra  dalam bahasa inggris yaitu  prose , roleplay dan poetry .  Prose atau prosa dalam bahasa indonesia terdiri dari novel, novella dan short story. Jenis karya sastra seperti ini biasa kita temukan, bukan?  Bagi anda yang memiliki hobi membac