Skip to main content

PEMBERDAYAAN SUMBER BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS di SEKOLAH DASAR


PEMBERDAYAAN SUMBER BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS di SEKOLAH DASAR

Landasan Teori
Pendidikan bahasa Inggris di sekolah dasar pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa asing siswa, khususnya bahasa Inggris, sesuai dengan fungsi bahasa sebagai wahana berfikir dan wahana berkomunikasi untuk mengembangkan potensi intelektual, emosional dan social. Mengingat bahasa sangatlah fungsional dalam kehidupan kita sehari-hari, maka pembelajaran bahasa seyogyanya didukung oleh fasilitas, sarana dan prasarana serta teknologi yang memadai, termasuk sumber pembelajaran. Namun sayangnya proses pembelajaran bahasa Inggris di Negara kita tak pelak tersadung dengan masalah-masalah umum diantaranya terbatasnya sumber pembelajaran.
Menurut Harmer ada beberapa situasi kelas dimana guru maupun siswa tidak memiliki teknologi atau sumber belajar apapun.
Finally, there are some classroom situations where neither teacher nor student have anything at all in terms of educational technology or other learning aids.” (Harmer, 175).
Hal ini menunjukkan bahwa tak semua kelas memiliki fasilitas yang baik dan lengkap setiap saat. Adakalanya saat dimana sebuah kelas tidak memilki suatu sumber belajar apapun. Dalam situasi inilah, seorang guru dituntut untuk kreatif dan inovatif. Seorang guru harus mampu memaksimalkan sumber-sumber pembelajaran yang lain selain sumber pembelajaran pada umumnya. Sumber-sumber tersebut diantaranya yaitu the students themselves atau diri siswa pribadi (Harmer, 176).
Dengan menggunakan diri siswa pribadi sebagai sumber belajar dipercaya akan lebih membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Hal ini karena dalam metode ini, sang guru sangat berperan penting dalam penyampaian materi. Dengan menghubungkan atau mengaitkan materi dengan kehidupan sheari-hari para peserta didik sangat membantu mereka untuk lebih memahami materi secara cepat. Hal ini sangat efektif dilakukan pada kelas dalam kasus seperti ini.
Selanjutnya, Harmer membagi sumber belajar ke dalam beberapa jenis diantaranya objek, gambar dan benda-benda. Penerapan sumber-sumber belajar ini dapat dilakukan dengan menggunakan benda-benda real atau nyata, gambar, kartu ataupun Cuisenaire rods.
A.   Realia
Dalam metode ini, guru menggunakan benda konkrit (benda nyata) dalam menyampaikan materi pembelajaran pada peserta didiknya. Benda-benda tersebut hanyalah imitasi ataupun tiruan dari benda aslinya. Sebagai contoh ketika guru sedang menyampaika materi mengenai fruits (buah-buahan), maka sebagai penggambaran materi, guru tersebut membawa buah-buahan imitasi yang berbahan plastic. Begitu pun dengan materi yang lainnya.
Penggunaan benda-benda imitasi seperti ini akan merangsang minat siswa dalam belajra untuk selanjutnya akan meningkatkan kemampuannya dalam memahami materi yang disampaikan. Kekurangan dari metode ini hanyalah mengenai jumlah dan ukuran dari benda yang mungkin guru bawa ke dalam kelas. Selain itu, toleransi peserta didik mengenai benda yang digunakan sebagai penggambaran materi yag disampaikan. Para peserta didik mungkin akan merasa diperlakukan kekanakan dan mungkin mereka akan merasa tidak nyaman dengan perlakuan si guru tersebut.
B.    Pictures
Dalam metode ini, guru menggunakan gambar sebagai sumber pembelajaran. Gambar tersebut dapat berupa kartu bergambar, foto ataupun ilustrasi. Guru juga dapat menggunakan slide gambar, gambar yang berasal dari proyektor ataupun yang berasal dari computer untuk membantu mereka dalam penjelasan materi di dalam kelas.
Berikut ini beberapa contoh penggunaan metode gambar dalam beberapa system pembelajaran, diantaranya:
·      Drills: gambar-gambar digunakan sebagai metode pelatihan dalam pembelajaran menulis, mempelajari grammar, penggunaan kalimat yang berbeda dan mempraktikkan penguasaan kosakata dalam bahasa Inggris.
·      (Communication) games: penggunaan gambar sebagai permainan dalam proses pembelajaran.
·      Understanding: salah satu penggunaan gambar betujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman peserta didik mengenai materi yang sedang dibahas.
·      Ornamentation: dalam hal ini, gambar hanya digunakan sebagai ornament atau benda pelengkap dalam proses pembelajaran. Metode ini menggunakan gambar hanya sebagai contoh atau sekedar deskripsi sederhana mengenai beberapa materi terkait dengan gambar.
·      Prediction: penggunaan gambar digunakan untuk melatih peserta didik dalam memprediksi materi yang akan disampaikan oleh seorang guru di dalam kelas.
·      Discussion: gambar digunakan sebagai media diskusi dan debat.

C.    Cards
Terpisah dari flashcards bergambar, kartu dalam berbagai macam bentuk dan ukuran dapat dimanfaatkan dalam beberapa cara diantaranya sebagai berikut:
·      Matching and ordering: penggunaan kartu dipercaya dangat efektif untuk menjodohkan pertanyaan dan jawaban.
·      Selecting: dalam hal ini kartu dapat digunakan sebagai media untuk menentukan topic pembicaraan tertentu bagi peserta didik.
·      Card games: dalam proses pembelajaran di kelas, seorang guru dapat menggunakan kartu sebagai permainan dan games.

D.   Cuisenaire rods
Metode ini pertamakali di kenalkan oleh pendidik yang berasal dari Belgia yaitu Caleb Gattegno, dengan menggunakan batang kayu atau plastic dengan ukuran dan warna yang berbeda-beda.
Hasil Penelitian
Dari sampel sekolah yang penulis teiliti, diperoleh beberapa fakta mengenai pemanfaatan sumber pembelajaran di dalam kelas. Dalam penelitian ini , penulis mengetahui bahwa di SDN 1 Mekarjaya masih memiliki beberapa kekurangan, umumnya mengenai fasilitas yang ada di sekolah dan pada khususnya mengenai sumber pembelajaran. Salah seorang guru di sekolah tersebut menuturkan bahwa beberapa kelas masih kekurangan sumber belajar, terlebih lagi setelah kurikulum 2013 diberlakukan belum lama ini. Beliau menyatakan bahwa terbatasnya buku siswa menjadi kendala utama bagi pembelajaran yang berlangsung di kelas.
Hal ini menyebabkan beliau harus memutar otak agar proses pembelajaran tetap berlangsung dengan baik. Salah satunya dengan menggunakan sumber belajar yang lain seperti memanfaatkan lingkungan peserta didik itu sendiri. Dalam hal ini, beliau menggunakan metode pengamatan terhadap lingkungan peserta didik oleh peserta didik sendiri. Metode ini dilakukan guna meningkatkan kemampuan berbahasa inggris mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai aktivitas penggunaan bahasa secara komunikatif yang dilakukan peserta didik, di antaranya peserta didik mengamati suatu objek kajian dan melaporkan hasil pengamatannya, membuat pertanyaan untuk melakukan wawancara dengan nara sumber, melakukan wawancara langsung dengan nara sumber, membaca berbagai buku bacaan yang ada di perpustakaan, menceritakan kembali isi teks yang telah dibacanya, menulis deskripsi sesuai hasil pengamatannya. Melalui metode pengamatan seperti ini, terbukti meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mereka. Hal ini dapat terlihat saat pelaporan pengamatan mereka yang dilaporkan secara tertulis dalam bentuk teks report sederhana.
Selain itu, penggunaan sumber-sumber belajar lain seperti benda imitasi, gambar, serta penggunaan kartu-kartu pembelajaran dirasakan sangat membantu siswa untuk memahami materi yang disampaikan. Beliau pun menggunakan metode belajar sambil bermain dengan siswanya di kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini terbukti dapat merangsang siswa untuk belajar berfikir kritis dan kreatif mengenai materi yang disampaikan, para peserta didik dilatih untuk memprediksi materi yang akan disampaikan melalui penggunaan clue sebagai bentuk rangsangan yang diberikan guru dalam bentuk kartu ataupun gambar. Melalui proses pembelajaran seperti ini, para peserta didik terlihat lebih aktif dan reaktif terhadap materi yang disampaikan. Selain itu, hal in ijuga membuktikan bahwa kemampuan mereka untuk memahami materi semakin meningkat, melihat reksi dan kreativitas mereka meningkat selama proses pembelajaran berlangsung.
Peningkatan kemampuan berbahasa sebagaimana dikemukakan di atas, ternyata sangat ditunjang oleh kondisi meluasnya cakrawala sosial peserta didik, seperti mereka membaca surat kabar secara langsung, membaca berbagai teks dalam bahasa Inggris yang disediakan oleh guru, mewawancarai petugas perpustakaan dan sebagainya yang semuanya itu ternyata efektif dalam upaya meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik. Berbagai aktivitas yang dilakukan secara langsung oleh peserta didik sangat menunjang terhadap perkembangan pembendaharaan kata mereka.
Perkembangan kosakata mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan kemampuan berbahasa. Semakin kaya kosakata yang dimiliki peserta didik, maka semakin besar pula kemungkinan terampil berbahasa. Beliau mengemukakan bahwa ia harus memberikan kurikulum bahasa yang berorientasi pada terciptanya kesadaran yang penuh akan kebutuhan peserta didik untuk penemuan, penjelajahan, berimajinasi, menciptakan dan berkomunikasi dalam lingkungan komunikasi yang bermakna. Dalam seting belajar, guru akan mengembangkan kurikulum yang mengutamakan situasi yang alamiah sebagaimana anak secara alamiah belajar dan menggunakan bahasa. Dengan kata lain, guru akan memberikan seting pembelajaran di mana peserta didik dilibatkan dalam menyimak, berbicara, untuk mengkomunikasikan ide-idenya dan perasaannya sebagai dasar pengembangan kemampuan berbahasa Inggris, baik secara tertulis ataupun lisan.
Kesimpulan
Peningkatan kemampuan berbahasa sebagaimana dikemukakan di atas, ternyata sangat ditunjang oleh kondisi meluasnya cakrawala sosial peserta didik, seperti mereka membaca surat kabar secara langsung, membaca berbagai teks dalam bahasa Inggris yang disediakan oleh guru, mewawancarai petugas perpustakaan dan sebagainya yang semuanya itu ternyata efektif dalam upaya meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik. Berbagai aktivitas yang dilakukan secara langsung oleh peserta didik sangat menunjang terhadap perkembangan pembendaharaan kata mereka.


















                                                                                                                         


DAFTAR PUSTAKA
Harmer, Jeremy. 2007. The Practice of English Language Teaching. England: Pearson Longman


Comments

Popular posts from this blog

The analysis of short story girl by o henry

The analysis of short story girl by o henry 1. the point of view             The point of view that used in this short story is the 3rd person point of view and the dramatic. The third point of view because the writer mention the name of the characters in the short stories like: “......... robbins, fifty, something of an overweight beau, and addicted to first nights.... and Hartley, twenty-nine, serious, thin, good-looking, nervous.......” Beside that, the writer also using a noun and pronoun to tell the story to the reader like : “.... a man with an air of mistery came in the door and went up to Hartley....”             Beside that the dramatic point of view, we can see that from the way the writer tells the story and using the scene of the story like the real situation in life. On the other hand, the writer also tells us abt the problem taht might be always found in our life, like looking for the nany or the cook for their house. Which is not always easy to find the good

ASSESSING SPEAKING

ASSESSING SPEAKING      There are four categories of listening performance assessment tasks. A similar taxonomy emerges for oral production. Imitative      At one end of a continuum of types of speaking performance is the ability to simply parrot back (imitate) a word or phrase or possibly a sentence. While this is a purely phonetic level of oral production, a number of prosodic, lexical, and grammatical properties of language may be included in the criterion performance .      We are interested only in what is traditionally labeled”pronunciation” no inferences are made about the test takers ability to understand or convey meaning or to participate in an interactive conversation. The only role of listening here is in the short-term storage of a prompt,just long enough to allow the speaker to retain the short stretch of language that must be imitated. Intensive      A second type of speaking frequently employed in assessment contexts is the production of short streches of oral language

INTRODUCTION TO LITERATURE

Ketika mempelajari karya sastra –yang disebut dengan introduction to literature dalam bahasa inggris-, kita pasti bertanya-tanya apa sih yang dipelajari dalam mata kuliah ini? Nah, saya akan mencoba menjawab pertanyaan ini sedikit. Dari asal katanya ,  introduction to literature  memperkenalkan karya sastra bahasa inggris. Sebenarnya konsep dasar dari literature baik dari bahasa indonesia, bahasa inggris maupun bahasa lainnya itu sama.  Yang membedakan antara satu karya sastra dari karya sastra yang lainnya hanyalah bahasa yang digunakan dalam penulisan karya sastra tersebut. Literature itu sendiri sering diebut dengan  work of art , dimana tulisan dibuat sedemikian rupa sehingga meninggalkan kesan seni didalamnya. Jenis-jenis karya sastra  dalam bahasa inggris yaitu  prose , roleplay dan poetry .  Prose atau prosa dalam bahasa indonesia terdiri dari novel, novella dan short story. Jenis karya sastra seperti ini biasa kita temukan, bukan?  Bagi anda yang memiliki hobi membac